|
Minggu, 23 JANUARI 2022 Renungan GKP Minggu, 23 JANUARI 2022 - TETAP BERKARYA WALAU MENDERITA - Yesaya 62:1-5 - MINGGU II SESUDAH EPIFANIA#tag: 23 JANUARI 2022 Pembacaan Alkitab Yesaya 62:1-5 Nas Pembimbing 2 Timotius 2:3 Mazmur 36:6-13 Pokok Pikiran Beroleh karunia dari Tuhan untuk bekerja hadirkan karya pelayanan nyata dalam dunia Nyanyian Tema KJ 375: 1 Pokok Doa 1. Anggota jemaat yang berwiraswasta dan kelancaran usahanya 2. Komisi-komisi pelayanan di jemaat dan pelayanannya 3. Perkembangan kerja sama kemitraan GKP dengan jejaring dalam dan luar negeri Warna Liturgis Hijau TETAP BERKARYA WALAU MENDERITA PENDAHULUAN Stevenly Rio Loginsi adalah pria asal Sulawesi Utara yang terpaksa kehilangan pekerjaannya sebagai seorang satpam saat pandemi melanda Indonesia. Cerita perjalanan hidupnya dari yang ter-PHK hingga sukses karena program Kartu Pra-kerja diunggah dalam suatu artikel Online TribunPalu.com. Sempat menjadi pengemudi ojeg Online, pria usia 41 tahun (pada tahun 2021) tersebut mencoba dengan tekun dan sabar mengikuti dan menyelesaikan program pelatihan yang sediakan pemerintah secara daring melalui program Kartu Pra-kerja. Sampai akhirnya lamaran yang diajukan ke salah satu perusahaan operator seluler diterima dan dalam waktu sekitar tiga bulan bekerja, Rio memperoleh kenaikan jabatan. Kesempatan tersebut membuatnya tidak berhenti untuk terus mengasah kemampuan diri dengan kembali mengambil kelas pelatihan demi menunjang pekerjaannya. Kisah Rio tersebut mungkin hanyalah satu dari sekian banyak kisah sukses hidup di tengah dampak pandemi yang menginspirasi dan terpublikasi di media sosial. Namun, tidak sedikit pula kisah hidup orang yang gagal dalam merespons atau menyambut program pemerintah yang bermaksud untuk memberikan peluang dan memberi pertolongan dalam membekali dan mengasah kompetensi diri. Bukannya memanfaatkan berbagai program pelatihan, justru biaya yang diberikan malah dipergunakan tidak sesuai dengan tujuannya. Itulah gambaran nyata bagaimana masyarakat berusaha merespons situasi yang diderita dan bagaimana upaya pemerintah sebagai pengayom masyarakat memberikan ‘belas kasihnya’ dalam menopang derita. Berhasil tidaknya masyarakat dalam mengatasi derita tergantung bagaimana merespons ‘belas kasih’/ karunia yang diterimanya. PENJELASAN BAHAN Kitab Yesaya merupakan kumpulan beberapa tulisan yang di satukan dari periode yang berbeda mengenai sejarah umat Allah yang mengalami pembuangan di Babel. Pasal 1-39 disebut Proto Yesaya (Yesaya pertama) yang isinya sebagian besar menceritakan tentang situasi pra pembuangan, yakni tentang celaan nabi terhadap dosa-dosa Yehuda dan Yerusalem, cacian pedas nabi terhadap para pemimpin, krisis politis di mana orang-orang Siro-Efraim bersepakat untuk melawan Asyur, dan krisis politis di mana ancaman Asyur terhadap Yehuda di sekitar abad 8 SM. Pasal 40-55 disebut Deutero Yesaya (Yesaya kedua) yang isinya menceritakan tentang situasi pada masa pembuangan di mana Yerusalem hancur, Yehuda terbuang ke Babel dalam waktu yang sangat lama, dan murka Allah amat berat menimpa mereka karena dosa-dosa mereka. Sebagian umat ada yang mulai menganggap bahwa Allah melupakan mereka, tetapi nabi menjanjikan bahwa Yahweh tidak lama lagi memerdekakan umat-Nya dan nabi mendorong umat untuk percaya pada janji-Nya, sehingga sekalipun berada di Babel tetapi mereka berusaha melakukan rutinitas peribadahan (di sinagoge) dan menunjukkan sikap ketaatan pada hari Sabat dalam kerinduan dan rasa cinta pada tanah air/ tanah kelahiran. Pada bagian ini nabi memuji Raja Koresy dari Persia sebagai alat Allah untuk mengembalikan nasib orang-orang buangan kembali pulang ke tanah airnya (538 SM). Pesan kuat dari bagian Yesaya ini bahwa Yahweh adalah satu-satunya Allah yang membawa keselamatan kepada umat-Nya. Pasal 55-66 disebut Trito Yesaya (Yesaya ketiga) yang memperkenalkan Yahweh sebagai Allah yang hidup, yang menakutkan dalam kemurkaan-Nya namun sekaligus panjang sabar dalam kemurahan pada umat-Nya. Gambaran Allah yang penuh belas kasihan, memulihkan dan memberi penghiburan disampaikan pada bagian ini. Yesaya 62:1-5 yang menjadi fokus perhatian kita merupakan bagian dari trito Yesaya yang menggambarkan tentang cara Allah menunjukkan belas kasih kepada umat-Nya dengan janji penyelamatan. Kota Sion yang disebutkan sekalipun secara teritorial adalah ibu kota Yehuda, namun pada pasal ini dihubungkan dengan Bukit Kenisah dan tempat tinggal Yahweh. Penyebutan kota Sion pada bagian ini tidak hanya sebagai ungkapan rasa nasionalisme terhadap keseluruhan tanah air Yerusalem, tetapi juga menunjukkan hadirat Allah bagi umat yang mau berpaling kepada-Nya. Akhirnya ‘Sion’ menjadi searti dengan Yerusalem dan ‘putri Sion’ berarti para penduduk Yerusalem. Ayat 1-5 Nabi Yesaya menyerukan berita penyelamatan dari Allah kepada umat-Nya demi menunjukkan belas kasih dan juga menunjukkan kemuliaan-Nya kepada bangsa-bangsa yang menyaksikan penderitaan umat-Nya (ay. 1-2). Umat yang selama ini mengalami penderitaan di tempat buangan diibaratkan dengan derita sosok istri ‘yang ditinggalkan suami’ (ay. 4, KJV: forsaken; NET: abandoned, artinya yang diabaikan, yang ditinggalkan, yang diterlantarkan). Suatu gambaran situasi umat Allah yang sarat makna dengan kondisi krisis psikososial dan politik ketika sebutan tersebut ditambah juga dengan ungkapan negeri ‘yang sunyi’ (KJV: desolate, artinya terpencil, tandus, gersang). Sebutan tersebut mengajak kita untuk membayangkan suatu kondisi betapa susah dan sedihnya menjadi komunitas sosial/ masyarakat yang tidak mendapat/ memiliki perlindungan, rentan mengalami penindasan dan hinaan dari pihak yang lebih kuat, menerima pandangan tidak berharga dari bangsa lain bahkan mendapatkan rasa iba/ kasihan pun tidak. Seperti padang gurun gersang atau seperti kutub es yang tidak dapat ditumbuhi tanaman (tandus) sehingga menjadi lahan yang hidup, demikian gambaran perasaan umat yang mengalami penderitaan di Babel dan bahkan penilaian bangsa-bangsa terhadap mereka. Sulit sekali melihat harapan hidup pada hari esok dan seterusnya, sehingga orang lain pun tidak menaruh minat untuk menjalin relasi dalam melangsungkan kehidupan bersama selayaknya makhluk sosial. Situasi demikian tentu dapat berdampak pula dalam kualitas hubungan antar pribadi yang terjalin sekadarnya, bahkan bisa saja mereka tidak memiliki harapan keberhasilan dalam kualitas karya sehari-hari yang mereka lakukan. Seolah apa yang mereka dijalani hanyalah sekadar kegiatan untuk menyongsong akhir dari kehidupan. Tetapi situasi tersebut tidak dibiarkan terus-menerus terjadi oleh Allah yang menjadi penguasa atas nasib dan kehidupan mereka. Pada ayat 4-5 Allah berkenan menunjukkan belas kasih dan kasih karunianya dengan memberikan janji penyelamatan yang memulihkan seluruh krisis hidup yang diderita umat-Nya. Allah mengangkat harkat martabat umat yang cenderung berdosa kepada-Nya melalui kiasan yang diungkapkan ‘menjadi mahkota keagungan’ dan ‘serban (Ibr. mitsnefet) kerajaan di tangan Allahmu’. Mahkota dalam Perjanjian Lama merupakan hiasan kepala yang khas dipakai oleh raja-raja dan orang-orang besar lainnya yang umumnya dalam konteks kehidupan bangsa Israel melambangkan jabatan yang diberikan oleh Allah (Mzm 21:4). Selain menjadi lambang kerajaan dan kuasa dari pemakainya, mahkota juga menjadi kiasan kemuliaan sebagaimana yang disebutkan pada ayat 3. Sedangkan serban (mitsnefet) suatu helai kain bagian dari pakaian kudus imam besar yang pada ayat ini mengandung arti bahwa umat dikuduskan dan diterima oleh Allah atau dengan kata lain Allah berkenan memulihkan sepenuhnya kehidupan umat yang mengalami derita pembuangan. Dari dua sebutan tersebut dapat diartikan bagaimana Allah menguduskan kehidupan serta menerima dan mengangkat kedudukan umat yang menderita menjadi lebih mulia (KBBI: bermartabat, berharga, bermutu tinggi) di hadapan Allah maupun di hadapan bangsa-bangsa lain. Sekalipun Allah tahu bagaimana kecenderungan umat dalam melakukan dosa di hadapan-Nya namun Allah melakukan pemulihan terhadap kehidupan mereka tidak dalam keterpaksaan dan rasa iba yang sekadarnya. Ibarat ‘seorang muda belia menjadi suami seorang anak dara’ yang begitu gembira dalam menyambut mempelai perempuan yang dicintainya, demikian dasar sikap Allah menunjukkan belas kasih dan mengangkat harkat martabat umat yang dikasihi-Nya. Dengan dasar tersebut pula Allah bermaksud menunjukkan kemuliaan umat-Nya di hadapan bangsa-bangsa lain (ay.2), menghadirkan suatu karya Allah yang nyata bahwa DIA-lah Pemilik dan Penguasa kehidupan umat yang dikasihi-Nya. POKOK PIKIRAN 1. Allah berkuasa atas seluruh kehidupan manusia. Ia juga senantiasa menaruh perhatian dan kepedulian terhadap segala yang terjadi dalam kehidupan yang dihadapi oleh umat-Nya. Dalam kuasa dan perhatian-Nya, Allah turut mengendalikan nasib manusia di masa mendatang dari apa yang dialami di masa kini yang sedang berjalan. 2. Kehidupan kita sebagai manusia tidak selamanya berjalan dalam keadaan menyenangkan. Adakalanya Allah mengizinkan kita mengalami suatu situasi yang berbahaya dan berat seolah menyudutkan kita bahwa hidup pada masa mendatang tidak ada lagi harapan. Bak padang tandus yang gersang dan menyedihkan tanpa ada bantuan datang dari orang-orang yang memandang, demikian pula mungkin kehidupan yang kita rasakan saat melewati hampir 2 tahun dampak pandemi yang mengacaubalaukan seluruh aspek hidup kita. Namun di hadapan Allah, dalam situasi tersebutlah Allah berkenan mengaruniakan suatu hal yang bernilai di dalam diri dan kehidupan kita, entah itu kekuatan, ketekunan, kesabaran, ataupun berbagai kecerdasan dalam mengatasi situasi. Allah mengaruniakan situasi tersebut agar kita mengoptimalkan kompetensi diri/ kemampuan dalam diri kita untuk berkarya secara nyata sehingga menjadi alat bagi kemuliaan Allah di hadapan sesama (MAA)
Daftar Label dari Kategori Renungan GKP 2022 | NEXT: Renungan GKP Minggu, 30 JANUARI 2022 - DENGARKANLAH DIA! - Nehemia 8:1-13 MINGGU III SESUDAH EPIFANIA PREV: Renungan GKP Minggu, 16 JANUARI 2022 - TIDAK TAKUT DIUTUS KARENA TUHAN BESERTA - Yesaya 43:1-7 - MINGGU I SESUDAH EPIFANIA | Register Login
Links:
lagu-gereja.com,
bible.,
perkantas,
gbi,
gkii,
gkj,
hkbp,
misa,
gmim,
toraja,
gmit,
gkp,
gkps,
gbkp,
Hillsong,
PlanetShakers,
JPCC Worship,
Symphony Worship,
Bethany Nginden,
Lagu Persekutuan,
|
popular pages | Register | Login | e-mail: admin@lagu-gereja.com © 2012 . All Rights Reserved. |